Selasa, 30 Agustus 2016

Analisis Mutu Kerja SDM Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
   Dalam memajukan suatu perusahaan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang mapan, sebab sumber daya manusia merupakan salah satu bagian dalam perusahaan yang memiliki peranan penting untuk memajukan perusahan yang mempekerjakannya. Dengan mengetahui mutu kehidupan kerja karyawan, melalui bagaimana karyawan tersebut merespon terhadap berbagai program atau rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan, hal ini dapat menjadi umpan balik yang sangat berharga bagi perusahaan tersebut. Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.
Disisi lain Setiap karyawan lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki, yang mampu menawarkan satu variasi tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya mereka dalam melakukan hal tersebut. Karakteristik tersebut membuat pekerjaan menjadi lebih menantang secara mental.
Untuk itu dalam analisis mutu kehidupan kerja sangat dibutuhkan peran aktif bagi seorang lider dalam memimpin karyawannya untuk melihat dan mempelajari kondisi pasar. Karena sedikitpun kelalaian atau kesalahan yang terjadi maka akan berakibat fatal dalam mengembangkan suatu rencana yang telah diformulasikan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dalam mengkaji Analisis Mutu Kehidupan Kerja, lebih lanjut kita akan mengkaji secara bertahap. Agar kita bisa memahami analisis mutu kehidupan kerja secara mendalam. Oleh karena itu pemakalah akan mencoba menkajinya dari analisis mutu kehidupan kerja hingga masalah-masalah yang sering terjadi di dalam mutu kehidupan kerja.

1.2  Rumusan Masalah
         Sesuai dengan deskripsi singkat dalam latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah dalam makalah ini sebagaimana berikut:
1.      Apa pengertian analisis mutu kehidupan kerja?
2.      Bagaimanakah tujuan dan pentingnya pengembangan ketenagaan?
3.      Bagaimankah  mutu kehidupan kerja dan produktivitas kerja?
4.      Apa yang menjadi program peningkatan mutu kehidupan kerja?
5.      Apa masalah dari mutu kehidupan kerja?

1.3  Tujuan Masalah
         Sesuai dengan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian dari Analisis Mutu Kehidupan Kerja
2.      Menjabarkan Tujuan dan Pentingnya Pengembangan Ketenagaan
3.      Mengetahui Mutu kehidupan Kerja dan Produktivitas Kerja
4.      mengetahui Program Peningkatan Mutu Kehidupan kerja
5.      Mengetahui masalah yang terjadi dalam Mutu Kehidupan Kerja





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian analisis Mutu kehidupan kerja
Analisis mutu kehidupan kerja merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat, mengukur hasil kerja dari para karyawan atau pegawai. Banyak perusahaan atau organisasi yang mencari keunggulan dalam bersaing melalui kinerja para pegawainya. Perusahaan seperti ini harus mampu mengelola perilaku dan hasil-hasil dari seluruh pegawai, serta mampu menganalisisnya sesuai dengan mutu kehidupan kerja pagawai agar tidak terjadi ketimpangan antara kehidupan dengan pekerjaan mereka. Lazimya dikenal dengan analisis mutu kehidupan kerja.
Kinerja pegawai seyogyanya memperoleh perhatian dari pimpinan pegawai, mengingat kinerja pegawai akan menjadi sumber utama dari kinerja organisasi. Dengan kata lain maju mundurnya suatu organisasi akan sangat tergantung pada kinerja para pegawainya. Peran aktif pegawai atau karyawan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya sebuah perusahaan.
Analisis mutu kehidupan kerja adalah studi sistematis suatu pekerjaan dari organisasi untuk memperoleh informasi guna dapat menentukan faktor yang dapat dikonpensasikan dari suatu pekerjaan.[1] Kegiatan ini melibatkan pengumpulan data tentang suatu pekerjaan untuk menentukan dan menggambarkan faktor dapat dikonpensasikan dengan mengenali apa yang dikerjakan karyawan, bagaimana dan mengapa pekerjaan dilaksanakan, dan keterampilan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan keterampilan itu.
Dengan memberikan konpensasi dari suatu pekerjaan terhadap berbagai faktor yang terjadi pada kondisi internal lembaga, akan memberikan efek jera terhadap berbagai masalah eksternal yang dihadapi. Sebab, hal ini merupakan stimulus awal bagi para karyawan untuk senantiasa selalu berpikir kreatif dalam mengembangkan amanah pekerjaan yang di embankan kepada mereka, dan lahirlah keterampilan dalam diri setiap karyawan untuk menyelasasikan berbagai persoalan.

2.2  Tujuan dan pentinganya pengembangan Ketenagaan
Tujuan dan Pentingnya pengembangan ketenagaan dalam suatu lemabaga merupakan faktor yang sangat urgensial, karena dalam masa panjang pekerjaan seorang karyawan akan merasa jenuh jika tidak ada stimulus-stimulus tambahan dalam meningkatkan daya keterampilan dalam pekerkajaan.
Untuk menelaah lebih jauh, ada lima tujuan yang mempengaruhi respon afektif seseorang terhadap pekerjaannya, yaitu[2]:
a.       Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik.
b.      Bayaran, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama.
c.       Kesempatan untuk promosi, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam organisasi.
d.      Atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan.
e.       Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya.

Dapat dideskripsikan lima dimensi tersebut merupakan peransang vital dalam pengembangan ketenagaan seorang karyawan dalam pekerjaannya, dan yang paling berwenang dalam memperhatikan hal ini adalah seorang Lider atau pemimpin dalam kelembagaan itu. Peran seorang pemimpin dalam memajukan lembaganya sangat ditunjang dari karyawannya, jadi adanya timbal balik antara karyawan dengan pemimpin dalam memajukan lembaganya secara baik diperlukan dengan memperhatikan lima dimensi tersebut.
Mengkaji tentang konsep kepemimpinan dalam prespektif islam, sangatlah relevan jika didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kata yang relevan dengan makna pemimpin dapat ditemukan dalam Al-Qur’an antara lain adalah Imam dan Khalifah.[3] Kata ini terdapat dalam Al-Qur’an di antaranya adalah dalam surah-surah berikut:
ÏŒÎ)ur #n?tFö/$# zO¿Ïdºtö/Î) ¼çmš/u ;M»uKÎ=s3Î/ £`ßg£Js?r'sù ( tA$s% ÎoTÎ) y7è=Ïæ%y` Ĩ$¨Y=Ï9 $YB$tBÎ) ( tA$s% `ÏBur ÓÉL­ƒÍhèŒ ( tA$s% Ÿw ãA$uZtƒ Ïôgtã tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÊËÍÈ  
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman, “sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia”. Ibrahim berkata (berdo’a), “dan dari keturunanku (juga)” Allah berfirman: “Janjiku (ini) tidak diperoleh orang-orang yang zalim” (QS Al-Baqarah [2]: 124)

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS Al-Baqarah [2]: 30)


2.3    Mutu kehidupan kerja dan Produktifitas kerja
Mutu atau kualitas kehidupan kerja merupakan suatu kondisi kerja sebagai hasil dari interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya sehingga membuat pekerja lebih produktif dan memberikan kepuasan dalam bekerja. Adapun langkah-langkah yang harus dibuat dalam mengkonstruk karyawan untuk mencapai mutu kehidupan kerja yang signifikan, diantaranya:
a.       Perlakuan yang adil terhadap para pegawai
b.      Kesempatan bagi para pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh.
c.       Kesempatan untuk mewujudkan diri
d.      Kesempatan untuk mengambil keputusan secara bersama dalam melibatkan pekerjaan mereka.[4]
Dari uraian diatas dapat diambil sebuah pemahaman bahwa dalam mengembangkan mutu dalam pekerjaan adalah dengan memberikan keleluasaan berpikir bagi para pekerjanya untuk mempertajam wawasan dalam membidangi berbagai persoalan di perusahaan atau lembaga pendidikan Islam.
   Sementara Produktivitas kerja adalah produktivitas sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. produktivitas kerja juga menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu.[5]Dengan kata lain produktivitas kerja adalah korelasi terbalik antra masukan dan luaran.[6]
Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluaran yang merupakan indikator dari pada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Jadi produktivitas kerja merupakan performance appraisal atau penilaian kinerja yang merupakan suatu penggambaran sistematis tentang individu atau kelompok yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam suatu pekerjaan sebagai bentuk evaluasi bagi indiviu yang berkaitan dengan pelaksanaan organisasinya.
Dalam membangun produktivitas kerja ada empat hal yang harus diperhatikan:
a.       Fokus pada langkah kecil yang berdampak besar
b.      Semua orang harus berkontribusi
c.       Hilangkan stres pekerjaan
d.      Kobarkan semangat bekerja.[7]

2.4    Program Mutu kehidupan kerja
Pada dasarnya mutu kehidupan kerja perlu diciptakan oleh perusahaan untuk memberikan keseimbangan kepada karyawan dalam melaksanakan dan menjalankan kehidupan pribadi. program dalam mutu kehidupan kerja dilakukan karena beberapa alasan.[8]
a.       Organisasi memiliki tujuan untuk memikat, memotivasi dan mempertahankan karyawan yang memiliki kompetensi sesuai dengan harapan.
b.      Sebagai karyawan, dalam perusahaan harus bekerja melibihi jam kerja dan hari kerja, sehingga mereka membutuhkan waktu yang fleksibel untuk tetap memenuhi kebutuhan pribadi.
Jadi, mutu kehidupan kerja diperlukan adanya kebersamaan antara para karyawan dengan karyawan lain. Agar dalam sebuah perusahaan atau lembaga pendidikan bisa berjalan sesuai dengan program atau tuntutan kerja dari sebuah perusahaan atau lembaga pendidikan.

2.5    Masalah dalam Mutu kehidupan kerja
Dalam kehidupan pekerjaan seorang karyawan diperusahaan, tentu banyak mengalami masalah dalam kehidupan kerjanya. Akan dikemukakan beberapa masalah yang sering terjadi dalam kehidupan kerja terhadap seorang karyawan, diantara masalahnya adalah dengan orang-orang yang memiliki sifat seperti, “si pelempar beban”, “si penyebar desas desus”, dan “si penghianat”[9], bagaimanakah cara menghindar dan mengatasi mereka?, perhatikan langkah-langkah berikut:
a.    Si pelempar beban
1)      Jenis si pelempar beban ini sering mengedepankan pertanyaannya, Bisakah anda membantu saya sore ini?
2)      Hal-hal yang harus anda hindari.
-         Bersikap toleransi terhadap “si pelempar beban” ataupun bersedia untuk mengambil alih pekerjaannya. Anda hanya akan memperkuat perilaku dia.
-         Benar-benar menjauhi rekan kerja ini.
3)      Hal-hal yang harus anda lakukan.
-         Periksalah prasangka pribadi anda
-         Tanyakan kepada rekan kerja mengenai pandangan mereka terhadap orang ini.
-         Temuilah “si pelempar beban” dan berikan saran kepadanya.
-         Berilah rangsangan dan motivasi untuk berubah.
b.    Penyebar desas desus.
1)      Si penyebar desas desus ini, cirinya sering menggunjing dan memprovokasi orang lain dikantor.
2)      Hal-hal yang harus anda hindari.
-         Jatuh dalam perangkapnya.
-         Mau mendengar ceritanya dan tidak menanggapinya.
-         Memberikan saran kepada yang lain untuk tidak terpengaruh.
3)      Hal-hal yang harus anda lakukan.
-         Hindari si penyebar desas desus sejauh anda bisa.
-         Koreksilah setiap gunjingannya.
-         Jika gunjingannya tentang anda katakanlah kepadanya bahwa anda tidak menghargainya.
c.    Si penghianat
1)   Kategori si penghianat ini sering ditemukan dalam suatu pekerjaan, ciri-ciri yang paling kental dengan orang ini adalah sering mengatakan, “Kebaikan anda akan saya beritahukan kepada atasan.
2)   Hal-hal yang harus dihindari.
-         Melawan balik dengan menikam dia dari belakang.
-         Mengeluhkan kepada rekan sekerja.
-         Tidak bertindak apa-apa.
3)   Hal-hal yang harus anda lakukan.
-         Periksalah kontribusi anda pada keadaan ini.
-         Mintalah pandangan dari orang lain untuk mengetahui siapa dia, dan apa yang sering dilakukan dibelakang kita.
-         Sebelum menghadapinya kumpulkan bukti anda dengan hati.







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Analisis mutu kehidupan kerja adalah studi sistematis suatu pekerjaan dari organisasi untuk memperoleh informasi guna dapat menentukan factor yang dapat dikonpensasikan dari suatu pekerjaan.
2.      Tujuan Pengembangan Ketenagaan
Perihal yang harus diperhatikan dalam pengemban ketenagaan yaitu dengan melihat beberapa aspek diantaranya, Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik. Bayaran, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama. Kesempatan untuk promosi, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam organisasi. Atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara social mendukung tugas rekan kerja lainnya.
3.      Mutu kehidupan kerja dan Produktivitas kerja
Mutu atau kualitas kehidupan kerja merupakan suatu kondisi kerja sebagai hasil dari interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya sehingga membuat pekerja lebih produktif dan memberikan kepuasan dalam bekerja. Produktivitas kerja adalah produktivitas sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan inputyang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.
4.      Program Mutu kehidupan kerja
Organisasi memiliki tujuan untuk memikat, memotivasi dan mempertahankan karyawan yang memiliki kompetensi sesuai dengan harapan. Sebagai karyawan, dalam perusahaan harus bekerja melibihi jam kerja dan hari kerja, sehingga mereka membutuhkan waktu yang pleksibel untuk tetap memenuhi kebutuhan pribadi.
5.      Masalah kehidupan kerja
Dalam kehidupan pekerjaan seorang karyawan diperusahaan, tentu banyak mengalami masalah dalam kehidupan kerjanya. Akan dikemukakan beberapa masalah yang sering terjadi dalam kehidupan kerja terhadap seorang karyawan, diantara masalahnya adalah dengan orang-orang yang memiliki sifat seperti, “si pelempar beban”, “si penyebar desas desus”, dan “si penghianat”.



[1]Veitzhal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan, (cet, 5; Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2013), hlm. 100.
[2]Noor Arifin,  Jurnal Economia, (Volume 8, Nomor 1, April 2012), hlm. 14.
[3] Dr. Prim Masrokan Mutohar, M.Pd. Manajemen Mutu Sekolah: strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan islam  (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2013), hlm 223
[5]Nuzsep Almigo. Jurnal PSYCHE, Vol. 1 No. 1, Desember 2004, hlm. 53.
[6]Sondang dan Siagian, Manajemen Stratejik, (cet, 9: Jakarta; PT Bumi Aksara, 2011), hlm.130.
[9]Sam Deep dan Lyle Sussman, Mengefektifkan Kerja, (cet, II:  Jakarta: PT Pustaka Binaman Persindo), hlm. 216-219.